GOWA – Pemanasan global yang terjadi saat ini, mengakibatkan perubahan iklim yang tidak menentu. Hal tersebut tentu akan memiliki dampak negatif serius terhadap sektor pertanian.
Untuk mengurangi dampak negatif atas perubahan iklim tersebut diperlukan tindakan antisipatif berupa strategi mitigasi dan adaptasi. Bagi para petani teknologi adaptasi yang dilakukan misalnya dengan melakukan penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul maupun penggunaan teknologi pertanian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menghimbau untuk memelihara bumi dari fenomena perubahan iklim.
“Menghadapi tantangan yang ada dan antisipasi kondisi yang unpredictable seperti climate change saat ini luar biasa dan tidak bisa dispekulasi, kita harus memelihara bumi” ujar Mentan Syahrul
Mentan menyebutkan bahwa insan pertanian pasti bisa melewati dan menghadapi serta beradaptasi terhadap perubahan iklim tersebut dengan memanfaatkan teknologi.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan, saat ini dunia didera oleh dampak perubahan iklim.
“Ditengah ancaman krisis pangan dan menghadapi perubahan iklim, kita harus tetap menjaga produktivitas dan produksi pertanian tetap meningkat. Ujar Dedi
Dedi berharap petani mampu mengimplementasikan teknologi adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
“Satu hal yang pasti, untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang bagus, seorang petani tentu harus beradaptasi dengan memahami informasi tentang iklim dan cuaca. Sebab dengan memahaminya mereka dapat memutuskan kapan harus memulai tanam”. tambah Dedi.
Menyadari Pentingnya pengetahuan tentang hal tersebut Mahasiswa Polbangtan Gowa melaksanakan praktik kunjungan lapang ke kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun klimatologi Sulawesi Selatan yang berada di Kabupaten Maros (20/02/2023).
Didampingi Ketua Jurusan Pertanian dan seluruh Dosen pengampu serta PLP, sejumlah 212 mahasiswa DIV dan DIII pertanian dibekali pengetahuan seperti pengenalan alat ukur cuaca dan iklim, tata cara pengamatan unsur cuaca, mengenal perbedaan cuaca dan iklim serta proses pembentukan awan hujan.
Selain itu mereka diberikan pemahaman informasi produk- produk BMKG, prakiraan iklim dan musim, penyimpangan iklim dan iklim ekstrim.
Melalui kunjungan tersebut diharapkan mahasiswa sebagai calon petani milenial dapat menambah wawasan tentang informasi iklim dan musim dalam menunjang pola tanam, sehingga dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi pertanian di masa mendatang.
Ketua Jurusan Pertanian, Ramli mengatakan bahwa praktek lapang tersebut disesuaikan dengan mata kuliah yang dipelajari di kelas.
“Kunjungan praktek lapang di BMKG Sulsel disesuaikan dengan mata kuliah klimatologi yang membahas tentang iklim dan cuaca yang dihubungkan dengan budidaya tanam” ujar Ramli.
Pada saat kunjungan mahasiswa bukan hanya saja diberikan pengetahuan teori klimatologi, namun mereka juga melihat secara langsung cara kerja berbagai alat pengukur iklim dan cuaca serta produk yang dihasilkannya.
Diharapkan melalui metode praktik lapang tersebut, para calon petani milenial adaptif terhadap teknologi modern dan perubahan iklim untuk mendorong optimalisasi hasil pertanian.