GOWA – Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya. Virus dapat bertahan lama di lingkungan, dan bertahan hidup di tulang, kelenjar, susu serta produk susu.
Mengatasi hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mengangkat isu hangat tentang Penyakit Mulut dan Kuku, selain itu juga membahas tentang Kesehatan Ternak dan Pemanfaatan Limbahnya pada kegiatan Millenial Agriculture Forum (MAF) yang diselenggarakan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa (06/08).
Pemilihan tema ini begitu penting sebab wabah PMK yang melanda Indonesia saat ini cukup meluluhlantakkan usaha para peternak di Indonesia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Badan SDM Dedi Nursyamsi saat membuka acara.
“Krisis pangan global sedang melanda dunia saat ini akibat covid 19, climate change maupun perubahan geopolitik dunia. Di Indonesia menjadi lebih berat sebab adanya wabah PMK. Meskipun virus ini mirip dengan covid 19, tetapi tidak zoonosis sehingga tidak menular pada manusia. Namun demikian PMK telah meluluhlantakkan perekonomian bidang peternakan dan semua turunan produknya”, jelas Dedi.
Dihadapan peserta MAF yang diselenggarakan secara online Dedi mengajak para milenial untuk bersama menangani PMK. “Kalian sebagai milenial harus tau tentang PMK, tahu tentang gejala klinis maupun penanganannya hal ini penting sebab jika ada gejala yang diketahui dapat dengan tepat langsung melakukan tindakan dan tidak mempengaruhi keadaan ternak yang lain” tegas Dedi.
Lebih lanjut Dedi menyampaikan bahwa Pemerintah Pusat, Provinsi maupun kota sudah sejak bulan april lalu bahu membahu menanggulangi wabah PMK. Saya sangat berharap kepada semua mahasiswa peternakan tidak tinggal diam, tapi terjun langsung ke masyarakat karena kalian telah dibekali dan paham karakteristik PMK.
Saat ini Pemerintah telah memiliki komitmen untuk memberikan ganti rugi 10 juta per ekor pada sapi ternak yang tewas akibat PMK.
Terakhir, menurut Dedi Tindakan preventif jauh lebih penting ketimbang pengobatan, oleh karena itu melalui MAF ini dihadirkan para nasumber yang akan menjelaskan tentang bagaimana menjaga kesehatan hewan sebagai tindakan preventif PMK.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo secara khusus meminta kepada masyarakat untuk tidak panik menanggapi kondisi tersebut. PMK dapat ditangani. Tidak perlu panik. PMK dapat disembuhkan dengan tingkat kematian yang relatif rendah. PMK tidak membahayakan manusia, dagingnya bisa dikonsumsi dengan protokol pemotongan yang baik,” katanya.
MAF yang dihadiri sekitar 701 peserta terdiri para petani milenial, mahasiswa dan masyarakat umum tersebut menghadirkan tiga narasumber ahli seperti; Indi Dharmayanti (Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN), Yuny Erwanto (Wakil Dekan Fakultas Peternakan UGM dan Harimurti Nuradji (Kepala Pusat Veteriner Kementan).
Direktur Polbangtan Gowa, Syaifuddin menyebutkan, dalam menghadapi wabah PMK, Polbangtan Gowa telah berkoordinasi dengan dinas peternakan dan kesehatan hewan provinsi Sulawesi Selatan, serta melakukan berbagai upaya seperti menerjunkan mahasiswa melalui pengabdian kepada masyarakat, vaksinasi dan memaksimalkan peran kostratani melalui penyuluhan di balai pelatihan pertanian di berbagai kabupaten di Sulawesi selatan.
Salah satu Nara sumber, Yuny Erwanto mengingatkan bahwa Apapun kondisinya sebuah wilayah baik bebas atau tidak terhadap PMK, akan merugikan negara, apalagi kalau terkena. Sebab meskipun zona hijau sebuah wilayah akan bekerja keras untuk menjaga dan mengatur lalu lintas maupun tindakan preventif lainnya.
Yuny Erwanto pada kesempatan ini membagikan tips penanganan daging segar dan jeroan yang diperoleh dari pasar tradisional, diantaranya; Pertama Daging dicuci sebelum diolah, rebus dahulu selama 30 menit di air mendidih, kedua Dinginkan lalu bekukan, jika daging tidak langsung dimasak simpan pada suhu dingin minimal 24 jam, ketiga Pastikan memilih jeroan yang sudah direbus, atau jika masih mentah rebus terlebih dahulu selama 30 menit, dan keempat Bekas kemasan daging tidak langsung dibuang, rendam dahulu dengan deterjen/pemutih pakaian/cuka dapur untuk mencegah cemaran virus ke lingkungan.
Salah seorang peserta Abdul dari NTB menanyakan apakah sapi lokal lebih kuat terhadap serangan PMK. Menanggapi hal tersebut Harimurti Nuradji mengatakan bahwa memang betul bahwa sapi lokal lebih resisten terhadap virus PMK. Namun demikian Ia berpesan bahwa jika terdapat indikasi virus pada ternak, usahakan ternak tetap diberikan makan. Tentu saja makanan yang lembut agar tidak menambah luka pada mulutnya.
Di akhir sesi Kepala Pusat Pendidikan BPPSDMP Idha Widi Arsanti turut menutup MAF, menyampaikan bahwa Kementan telah banyak melakukan upaya dalam pemberantasan PMK. Demikian halnya BPPSDMP, selain dengan melakukan diseminasi melalui kegiatan MAF hari ini. UPT pendidikan juga sudah turun melakukan pendampingan dan vaksinasi maupun pengobatan. Khususnya oleh para mahasiswa maupun dosen sekolah vokasi yang memiliki jurusan peternakan yang berada dibawah BPPSDMP. Harapannya wabah ini dapat segera hilang dari Indonesia.
Memanfaatkan kegiatan MAF, Idha Widi juga mensosialisasikan tentang dibukanya pagelaran lomba Video Kreatif di Outlet MIA Pusdiktan, dalam rangka memperingati HUT RI ke 77. Tema video adalah pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat bersama petani.
Adapun Ketentuan video yang dilombakan yaitu berisi tentang usaha pertanian dengan durasi paling lama 2 menit lalu diunggah melalui youtube kemudian di posting pada website pusdiktan. Batas akhir upload video pada 11 agustus 2022. Rencananya diumumkan BPPSDMP Kementan di hari HUT Proklamasi Kemerdekaan RI 17 agustus 2022.