Bone – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah menyebar di sekitar 18 Provinsi dan 180 Kab/Kota di Indonesia. PMK merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang bersifat akut dan mudah menyerang pada hewan berkuku belah seperti sapi, kambing, domba, rusa dan babi.
Namun demikian, Sapi yang terserang virus PMK, apabila disembelih maka daging dan susu nya aman untuk dikonsumsi dan tidak menularkan kepada manusia.
Meskipun Provinsi Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang bebas dari PMK, Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa BPPSDM Kementerian Pertanian melakukan langkah preventif untuk mencegah adanya PMK. Diantaranya dengan mengadakan kegiatan penyuluhan pencegahan PMK oleh tim polbangtan Gowa yang terdiri dari dosen, PLP dan mahasiswa di Desa Mitra yang terletak di kec. Patimpeng Kab. Bone (02/07).
Kegiatan penyuluhan dihadiri sekitar 50 orang peserta yang terdiri terdiri dari peternak, penyuluh, dan pemerintah setempat. Kegiatan penyuluhan diikuti dengan pemberian vitamin pada ternak sapi di sekitar lokasi penyuluhan.
Paralel dengan kegiatan penyuluhan, juga digelar Bimtek program pemberian vitamin dan vaksinasi PMK di kampus II Polbangtan Gowa Kab. Bone oleh tim medic veteriner Dinas Peternakan Kab. Bone. Bimtek diikuti 150 peserta yang terdiri dari peternak, penyuluh, mahasiswa, dosen, dan tenaga teknis.
Tindakan preventif ini sesuai dengan arahan Mentan tentang optimalisasi pelayanan pemeriksaan dan tindakan terhadap PMK bagi semua UPT Kementerian Pertanian.
Menurut Mentan, Syahrul Yasin Limpo (SYL), kegiatan – kegiatan kolaboratif berbagai pihak untuk langakah preventif dan kuratif merupakan respon cepat pemerintah atas adanya laporan penyebaran wabah PMK diberbagai daerah terus akan didorong.
“Pemerintah langsung bergerak cepat dengan memberikan bantuan obat, antibiotik, dan vitamin. Meski angka kematian cukup rendah tidak membuat pemerintah menyepelekan PMK. Saya memerintahkan seluruh jajaran hingga tingkat daerah meningkatkan pengawasan”, ujar Mentan.
Namun demikian, Mentan meminta agar wabah PMK tak disikapi berlebihan yang dapat berdampak pada kepanikan, terutama di kalangan peternak. Semua pihak harus optimis bahwa PMK bisa diatasi dengan cepat serta meningkatkan kewaspadaan.
“PMK dapat ditangani, tidak perlu panik. PMK dapat disembuhkan dengan tingkat kematian yang relatif rendah. PMK tidak membahayakan manusia, dengan daging manusia bisa dikonsumsi dengan protokol pemotongan yang baik,” ujar Mentan Syahrul.
Pada kesempatan berbeda, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan seluruh komponen di bawah BPPSDMP wajib turun, terutama tenaga medik dan paramedik, untuk peran aktif menanggulangi penyebaran PMK. “Semua harus turun ke lapangan,” kata Dedi Nursyamsi.
Untuk segera memutus penyebaran PMK, sebanyak 86 kegiatan telah diselenggarakan BPPSDMP di hampir seluruh wilayah Indonesia. “Kegiatan tersebut dilakukan dalam bentuk Pelatihan, Bimbingan Teknis, Sosialisasi, Pendampingan, Webinar, Desinfektan Kandang, Vaksinasi, hingga Pengobatan Hewan Ternak,” ucap Dedi.
Langkah solutif dan antisipatif telah ditempuh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), yang secara teknis dilaksanakan oleh UPT Pelatihan dan Pendidikan Pertanian.
Melalui UPT BPPSDMP khususnya yang bergerak di subsektor peternakan dan Kesehatan hewan, telah dilaksanakan berbagai pelatihan untuk pencegahan dan penanggulangan PMK dilakukan secara offline dan online, terutama di wilayah wabah PMK.
Pelatihan penanggulangan ini diberikan oleh dokter hewan dan medik veteriner yang dibantu oleh berbagai unsur mulai dari pemerintah, tokoh mayarakat, dan mahasiswa.
Hingga saat ini setidaknya ada sekitar total 22.278 orang mengikuti pelatihan melalui zoom dan Youtube, dan 12.478 orang mengikuti Pelatihan online Vaksinasi PMK. Adapun kegiatan diseminasi pencegahan dan Pelatihan PMK melalui Program-program Utama BPPSDMP diantaranya melalui Bertani On Cloud, MSPP dan MAF yang diikuti total sebanyak 17.646 peserta.