GOWA – Indonesia sebagai Negara agraris memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia serta kekayaan energi matahari dan curah hujan yang baik adalah merupakan potensi alamiah yang patut disyukuri.
Namun demikian saat ini Indonesia sementara dihadapkan dengan berbagai tantangan besar salah satunya adalah perubahan iklim.
Hal tersebut berdampak terhadap banyak hal seperti; penurunan produksi, kenaikan harga pangan, kenaikan biaya produksi, gangguan distribusi dan restriksi ekspor Negara lain.
Keadaan ini menjadi tantangan tersendiri bagi insan pertanian dan semua pihak yang terkait untuk dapat menyelesaikan persoalan dengan cerdas serta mencari inovasi untuk mendukung perbaikan dan kemajuan ekosistem pertanian.
Dalam agenda Musrembangtanas Kementerian Pertanian (29/06), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan bahwa krisis pangan global sudah di depan mata, dari 60 negara yang mengalami krisis 40 diantaranya dalam tahap menuju kehancuran.
Lebih lanjut SYL mengatakan, “Pemicu krisis pangan global diantaranya disebabkan oleh pandemic covid-19, perubahan iklim dan perang Rusia – Ukraina. Pertanian adalah sesuatu yang strategis, penting dan sangat besar, maka hadirkan nurani, komitmen emosional kebangsaan dan komitmen keberpihakan kepada rakyat dalam bekerja. Jadikan kerjamu adalah bagian dari ibadah”, ajak SYL.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut Kementerian pertanian telah mengeluarkan jurus dan strategi seperti peningkatan produksi pangan terutama cabai, bawang merah, gula dan daging sapi, pengembangan pangan substitusi impor seperti ubi kayu dan sorgum serta upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing produk ekspor.
Selain jurus tersebut melalui BPPSDMP, Kementan juga berupaya mengembangkan bisnis bidang pertanian dengan menciptakan pengusaha muda pertanian atau yang dikenal dengan pengusaha tani milenial dan melakukan pendampingan bagi usaha pertanian ekspor maupun UMKM dengan memberikan berbagai program pelatihan oleh Badan SDM Pertanian.
Kepala Badan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi menyebutkan bahwa Badan SDM memiliki peran dan berada di garis terdepan dalam program pelatihan pengembangan kapasitas SDM pertanian.
“Segala sesuatu yang terkait peningkatan kapasitas SDM merupakan tugas BPPSDMP”, ujar Dedi.
Lebih lanjut Dedi menyebutkan, ada tiga pilar dalam peningkatan SDM pertanian. “Pilar pertama adalah penyuluhan,pilar kedua pelatihan dan pilar yang ketiga adalah Pendidikan dan semua harus berjalan seiring dan seimbang, tiga pilar yang mengemban tugas peningkatan SDM pertanian ini untuk peningkatan produktivitas”, jelasnya.
Dedi juga mengatakan untuk mencapai produktivitas yang baik dibutuhkan SDM pertanian yang handal yaitu petani dan penyuluh, bagaimana menciptakan penyuluh dan petani dengan kualifikasi tersebut. Dan hal tersebut adalah tugas pelatihan, tugas widyaiswara dan pengelola pelatihan pertanian.
Menyikapi kerawanan pangan akibat perubahan iklim, Dedi mengungkapkan bahwa memang ketahanan pangan saat ini tidak hanya terkendala oleh karena adanya perang antar negara namun climate change yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan bumi yang berpengaruh secara signifikan terhadap seluruh ekosistem yang ada termasuk ekosistem pertanian.
“Solusi dari pemanasan global dan cuaca ekstrim adalah pertanian ramah lingkungan dan pertanian bersahabat. Konsep pertanian yang betul-betul memperhatikan penyebab pemanasan global harus kita segera terapkan”, tambahnya.