Maros – Gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian atau Kostratani adalah gerakan pembangunan pertanian di tingkat kecamatan dengan mengoptimalkan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).
Kostratani memiliki peran penting dalam pembangunan pertanian. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), menegaskan bahwa Kostratani dibentuk untuk mengoptimalkan tugas, fungsi dan peran BPP.
“Kostratani adalah wujud gerakan pembangunan pertanian di Indonesia yang menyelaraskan kemajuan era industrialisasi 4.0. Kostratani berpusat di Kecamatan, karena pembangunan pertanian akan dilakukan dari lapangan, desa hingga kecamatan,” ujar SYL.
Secara terpisah Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan Kostratani menjalankan lima peran utama, yaitu sebagai pusat data dan informasi, pusat gerakan pembangunan pertanian, pusat pembelajaran, dan pusat konsultasi agribisnis, serta pusat pengembangan jejaring dan kemitraan.
“Ujung tombak pembangunan pertanian di BPP terdiri dari Penyuluh Pertanian, Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Medik Veteriner, Paramedik Veteriner dan lain-lain, harus bisa men-drive BPP agar mampu melaksanakan peran utama tersebut dengan memanfaatkan teknologi informasi,” tuturnya.
Menurut Dedi, BPP dimanfaatkan sebagai pusat data dan informasi bagi masyarakat untuk mengakses informasi tentang potensi wilayah, teknologi pertanian juga informasi pasar.
“BPP sebagai pusat pembelajaran, diperuntukkan bagi penyuluh dan rekan- rekannya, bagi petani dan Gapoktan hingga KWT dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, keterampilan sumber daya manusia pertanian yang ada di wilayah BPP,” jelas Dedi.
Untuk mengoptimalkan salah satu peran Kostratani sebagai pusat pembelajaran, Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa menggelar penyuluhan penanganan wabah Penyakit Mulut dan Kuku di dua dua tempat di Kabupaten Maros, yaitu Kecamatan Lau dan Kecamatan Maros Baru pada Jum’at (15/07).
Tema kegiatan penyuluhan wabah PMK tersebut sebagai tindak lanjut atas instruksi Mentan untuk melakukan langkah-langkah preventif dengan memberikan pelatihan maupun penyuluhan kepada para peternak.
Bahkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa seluruh komponen di bawah BPPSDMP wajib turun, dalam menanggulangi wabah PMK.
Dedi menambahkan BPPSDMP harus memanfaatkan berbagai kegiatan transfer of knowledge guna meningkatkan kompetensi peserta dalam pengendalian dan pemberantasan PMK sekaligus mengurangi penyebarannya.
Pada kegiatan ini Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Gowa Syaifuddin menurunkan tim Dosen dan Mahasiswa jurusan peternakan.
“Kami menginstruksikan semua mahasiswa di lapangan agar aktif mendeteksi penyebaran virus jni. Kami juga segera membentuk tim pengabdian masyarakat yang melibatkan unsur pendidik dan tenaga kependidikan untuk memberikan sumbangsih dalam mengatasi penyebaran virus ini”, ujar Syaifuddin.
Mufida Muis Wakil Direktur II saat membuka pelatihan di Kecamatan Lau menyampaikan kepara peserta bahwa Polbangtan Gowa turut berpartisipasi dalam menangani wabah PMK dengan cara memberikan penyuluhan dan pelatihan ke para peternak di berbagai wilayah di Sulawesi Selatan salah satunya disini di Kabupaten Maros.
Di tempat terpisah Wakil Direktur III Polbangtan Gowa yaitu Irfan Aryawiguna mengatakan, “Saat ini, kegiatan ini menjadi kegiatan utama di Kementan. Karena wabah ini bukan cuman di Sulsel yang terkena, melainkan di seluruh Indonesia.” Ucap Irfan saat membuka pelatihan di BPP Kecamatan Maros Baru.
Pelatihan yang digelar di dua Kantor BPP tersebut menghadirkan dua Narasumber dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros yaitu Farida Syukur dan Nana Junita.
Pemateri secara detail menjelaskan kepada peserta tentang pengenalan gejala klinis PMK serta bagaimana cara mengatasinya.
“Jika terjadi gejala klinis pada ternak seperti tidak mau makan, mulut berbusa, demam tinggi dan bernafas cepat, maka segera pisahkan dari yang lainnya dan segera melaporkan ke Dinas” Ujar Farida.
“Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Maros bersama dengan Polres, Dandim dan Kejaksaan telah membentuk Tim Gugus PMK guna mengatur lalu lintas ternak di Kabupaten Maros”, tambahnya.
Nana Junita dokter hewan yang menjadi narasumber kedua pada pelatihan ini mengatakan virus ini aman untuk manusia. Dia menjelaskan untuk menginfeksi ke hewan atau manusia, hewan ini harus memiliki reseptor khusus, dan reseptor ini tidak ada di manusia. Sehingga virus ini aman untuk manusia, karena tidak menyerang ke manusia.
“Penyebaran PMK ini sangat cepat proses penyebarannya, namun menurut teori masa inkubasinya itu 1-14 hari, tetapi yang terjadi di lapangan hanya dalam waktu beberapa jam”.
Di akhir Nana Junita memberikan beberapa tips untuk untuk penanganan PMK, yang pertama kita harus lapor ke petugas berwenang, kedua masing-masing ternak di isolasi yang sakit dan sehat, lalu ketiga desinfektan daerah kandang dan orang-orang yang beraktifitas daerah kandang”, ujar Junita