GOWA – Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa sebagai salah satu UPT di Kementerian Pertanian berupaya untuk meningkatkan kualitas alumninya dengan mengarahkan untuk selalu berinovasi dan melakukan penelitian.
Hal tersebut sebagaimana arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk tidak berhenti berinovasi dan melakukan penelitian. Menurut SYL Hasil penelitian ataupun rekayasa teknologi kemudian diadopsi pada sektor pertanian dan industri yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung program strategis Kementan.
Senada dengan Mentan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa pertanian di era modern tidak bisa lepas dari penerapan hasil penelitian.
“Untuk itu berbagai hasil penelitian diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas tanaman pertanian”, kata Dedi.
Adalah Nazra Risalah Hasim Mahasiswa tingkat Akhir jurusan penyuluhan pertanian berkelanjutan Polbangtan Gowa dalam penelitiannya menemukan ramuan alami obati scabies ternak.
Temuannya tersebut dituangkan dalam penelitian tugas akhirnya yang telah diujikan yang ia beri judul Respons Peternak terhadap Spray Herbal Daun Kirinyuh (Eupatorium Odoratum L) dan Daun Sirih (Piper Betle) terhadap Penyakit Skabies pada Ternak Kambing (04/08).
Dihadapan penguji Nazra dengan bangga menunjukkan hasil penelitiannya berupa ramuan daun kirinyuh yang diformulasi menjadi bentuk spray digunakan untuk mengobati penyakit scabies khususnya pada ternak kambing.
Daun kirinyuh sendiri adalah merupakan tanaman liar yang tumbuh sebagai gulma tanaman. Secara fisik daun kirinyuh berbentuk panjang dengan ujungnya yang tajam dan tepinya bergerigi. Tanaman dengan nama latin Eupatorium Odoratum L tersebut banyak kita dapati di semak-semak dan hutan. Masyarakat di Desa biasanya menggunakan daun kirinyuh untuk pengobatan luka akibat irisan pisau.
Penelitian dan uji coba ramuannya tersebut dia lakukan pada ternak kambing petani di wilayah Kecamatan Bontomate’ne Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan selama kurun waktu satu bulan mulai mei hingga juni 2022 lalu.
Saat ditanya pada podcast Observasi (obrolan seputar kampus vokasi) tentang mengapa daun kirinyuh, selain karena atas arahan dosen pembimbingnya, ia beralasan bahwa banyak petani belum mengetahui manfaat daun kirinyuh sehingga terdorong untuk melakukannya.
Selama ini menurut Nazra, banyak petani mengatasi scabies pada ternaknya menggunakan suntikan dan antibiotik, yang notabene jika terlalu sering maka akan menyebabkan resistensi terhadap tungau.
“Kita ketahui bahwa Skabies merupakan penyakit yang menyebabkan gatal pada ternak dan dapat menular pada ternak lain bahkan manusia.
Biasanya petani mengobati penyakit ini menggunakan obat suntikan dan antibiotic, dimana apabila terlalu sering digunakan maka akan menyebabkan resistensi terhadap tungau tersebut.
Maka diperlukan obat lain yang lebih ramah, salah satunya dengan memanfaatkan antibiotik, antibakteri yang ada pada tanaman” pungkasnya.
Saat ditanya bagaimana cara pembuatan Spray Herbal, Nazra menjelaskan, pertama-tama daun kirinyuh dicuci hingga bersih lalu dicacah dan dikeringkan hingga benar-benar kering, dapat dilakukan dibawa sinar matahari maupun dengan menggunakan oven.
“Setelah kering daun dihaluskan dengan blender hingga menjadi bubuk, kemudian direndam dengan alkohol 70% dengan perbandingan 1:5. Campuran tersebut lalu direndam selama 3 hari dengan dilakukan pengadukan setiap 8 jam. Setelah 3 hari, larutan lalu disaring hingga diperoleh ekstrak. Cairan kemudian dicampur dengan aquades dengan konsentrasi 30% ekstrak daun kirinyuh, dan 70% aquades, lalu diaduk hingga homogen dan dimasukkan kedalam botol spray” jelas Nazra.
Nazra Risalah Hasim mahasiswa asal Takalar yang memiliki hobi membaca tersebut berharap hasil penelitiannya tersebut dapat dikembangkan lebih sempurna dan produknya ke depan dapat dikomersilkan. Selain karena biaya produksi yang murah juga karena bahannya alami dan mudah didapat.