MANADO – Kementerian Pertanian melalui Badan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) menyelenggarakan Program Pendidikan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL). RPL merupakan program akselerasi dalam rangka meningkatkan kualifikasi pendidikan tenaga penyuluh pertanian. RPL ditempuh dari jenjang pendidikan menengah (JPM) dan Diploma II ke Diploma IV yang dikhususkan bagi ASN PPPK (P3K) Penyuluh Pertanian.
Program akselerasi tersebut dilaksanakan sebagaimana arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk meningkatkan kapasitas penyuluh dan menjadikan mereka garda terdepan dalam peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pertanian bersama petani.
“Bagaimanakah pertanian itu bisa baik? Salah satu penentu utamanya adalah penyuluh. Kalian itu penting banget,” ujar Syahrul.
Syahrul mengakui bahwa penyuluh pertanian itu adalah Kopassus-nya, tim khususnya, penembak jitunya Kementerian Pertanian. “Jadi, penyuluh itu tidak main-main,” tegasnya.
Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan, melalui RPL penyuluh diberikan kesempatan yang lebih luas untuk dapat menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
“Sistem pembelajarannya pun tetap memakai satuan kredit semester (SKS) dalam bentuk mata kuliah, yang diperoleh melalui pengalaman kerja atau pelatihan bersertifikasi,” ungkap Dedi.
Politeknik pembangunan pertanian gowa menjadi salah satu perguruan tinggi penyelenggara program pendidikan rpl di sulawesi selatan. Adapun program studi yang diselenggarakan ada dua yaitu penyuluhan pertanian berkelanjutan dan penyuluhan peternakan dan kesejahteraan hewan.
Salah satu mahasiswi Program RPL Polbangtan Gowa bernama Ratmi Mukari (47 tahun), mengaku bahwa Program RPL pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Utara, melalui sosialisasi secara langsung yang diikuti oleh seluruh penyuluh P3K setempat.
“Selain sosialisasi, kami juga mendapatkan informasi terkait program RPL ini melalui whatsapp grup penyuluh P3K dan juga media sosial UPT Kementerian Pertanian” ujar Ratmi
Program RPL disambut antusias oleh pemerintah daerah dan juga penyuluh setempat. Salah satu bukti dukungan pemerintah setempat terhadap Program RPL ini adalah percepatan penandatanganan persetujuan oleh Bupati Bolaang Mongondow Yasti Soepredjo Mokoagow.
Selain itu, proses administrasi juga dimudahkan, utamanya administrasi yang melibatkan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Sulawesi Utara.
“Awalnya beberapa dari kami (penyuluh P3K) pada saat itu sudah terdaftar di fakultas pertanian salah satu universitas swasta di Kotamobagu. Tetapi ketika menerima informasi terkait Program RPL ini, kami semua memutuskan untuk ikut program RPL ini dan mundur dari universitas swasta tersebut”, sambungnya.
Ratmi yang juga bekerja sebagai Penyuluh Pertanian di Kecamatan Dumoga ini beralasan bahwa salah satu faktor utama memilih Program RPL adalah karena program ini bersifat beasiswa tidak dipungut biaya. “Selain itu, Program RPL ini lebih praktis karena dilakukan secara virtual sehingga tidak perlu meninggalkan pekerjaan dan keluarga”, pungkasnya.
Selain memiliki kesibukan sebagai penyuluh, Ratmi juga disibukkan dengan kegiatan sebagai petani jagung dengan memanfaatkan lahan di sekitar kediamannya yang terletak di Desa Tungoi 1 Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow.
Berbekal pengetahuannya sebagai penyuluh, Ratmi mampu memproduksi 2 ton jagung dalam satu kali panen, dengan masa panen 2 hingga 3 kali dalam setahun.
“Selama mengikuti pendidikan Program RPL, ada banyak pengetahuan dan juga teknologi pertanian terbaru yang saya dapatkan, utamanya pengetahuan terkait bagaimana memaksimalkan produksi. Tentu ilmu-ilmu ini sangat menunjang pekerjaan saya sebagai penyuluh dan petani” tambahnya.
“Tidak cuma itu, sekarang saya lebih percaya diri tampil dan berbicara didepan umum, karena merasa punya bekal pengetahuan yang cukup untuk disampaikan” tambahnya.
Menjalani pendidikan Program RPL juga membuka pintu relasi kepada mahasiswa lainnya yang berasal dari provinsi lain di Indonesia. Perluasan relasi mempermudah proses transfer pengetahuan dan informasi antar sesama penyuluh.
Proses perkuliahan dinilai sangat membantu Ratmi dan rekan-rekannya. “Selain dipertemukan dengan dosen-dosen yang menyenangkan, jadwal perkuliahan juga terbilang fleksibel sehingga sangat membantu kami dalam mengatur dan membagi waktu antara pekerjaan, perkuliahan dan juga mengurus rumah tangga” ujar mahasiswi angkatan I (Tahun 2021) ini.
Dalam menjalani pendidikan, Ratmi dan mahasiswa Program RPL lainnya juga disibukkan dengan penugasan-penugasan yang diberikan oleh para dosen. Meskipun demikian, Ratmi mengaku bahwa penugasan tersebut sama sekali tidak memberatkan mereka karena cenderung fleksibel dalam jadwal pengumpulan.
“Semoga Program RPL ini terus dilanjutkan sehingga bisa mengakomodir seluruh penyuluh P3K yang ada di daerah-daerah” ujar Ratmi lagi.
Ratmi menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang telah menginisiasi Program RPL bagi Penyuluh Pertanian P3K. Selain itu juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow atas dukungannya terhadap program ini.