MAROS – Beberapa dekade terakhir, mayoritas penduduk dunia secara dramatis mengubah pola pangan dan kebiasaan makannya. Di Indonesia, konsumsi makanan dan minuman siap santap meningkat setiap tahun, dan saat ini, menyumbang 28 % dari semua kalori yang di konsumsi oleh penduduk perkotaan.
Melihat permasalahan tersebut, menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, diperlukan pemikiran dan kerja keras semua pihak, termasuk komitmen generasi milenial untuk menghadirkan solusi yang terjangkau dalam menerapkan pola pangan sehat di masyarakat.
“Masalah pangan itu bukan hanya masalah pemerintah, tetapi masalah kita semua. Jadi pada kesempatan ini saya mengajak semua masyarakat terutama para generasi milenial untuk ikut mencari, yuk kita sama-sama cari solusi, untuk Indonesia yang lebih baik” terang Syahrul.
Syahrul menambahkan untuk menghadapi masalah kebutuhan pangan di masa depan, ia menyarankan agar masyarakat mengubah perilaku konsumsi menjadi lebih bijak, lebih sehat dan tidak membuang makanan.
“Masyarakat terutama generasi milenial harus betul – betul memahami soal bagaimana proses pangan itu hingga tersaji di meja makan, banyaknya pembuangan makanan disebabkan perilaku masyarakat yang masih kurang bijak dalam hal makanan, Makan bijak itu lebih dari sekedar makan sehat” ungkap Syahrul.
Tingginya biaya produksi sangat berpengaruh pada ketersediaan pangan. Pertanian organik dapat menjadi solusi dalam penekanan biaya produksi. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75% dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi.
Adalah Yenni Fiqhiani Hamty, salah satu petani sayur organik yang juga penerima hibah kompetitif program Youth Enterpreneurship And Employment Support Services (YESS). Progam YESS sendiri merupakan kerjasama Kementerian Pertanian (Kementan) dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang berada di Kecamatan Mandai Kabupaten Maros.
Menerapkan pola pertanian organik dengan hidroponik, Yeni mengungkapkan hingga kini dia tetap eksis berproduksi dengan baik. Bahkan dengan terbukanya pasar dan banyaknya permintaan, dirinya sedikit kewalahan. Sehingga ia membangun kemitraan dengan petani organik lainnya untuk memenuhi pasokan dan permintaan yang ia terima.
Usaha yang ia mulai hanya bermodal 300 ribu kini sudah berkembang pesat apalagi setelah ia menerima bantuan hibah kompetitif program Yess Kementerian Pertanian.
Menurutnya bantuan hibah yang ia terima sangat membantu menjaga ketersediaan sayur yang ia produksi sendiri maupun menampung pasokan dari mitra petani hidroponik lain yang ada di Maros.
“Pada tahun 2021 saya mendapat bantuan hibah kompetitif melalui program yess Kementan, dan saya gunakan untuk membeli showcase pendingin agar dapat menampung sayur yang ia produksi lebih lama”, kata Yeni.
Ditanyakan terkait kendala yang dihadapi, ia menjawab hama dan penyakit. Tanaman organik yang ia tanam sangat rawan terhadap hama dan penyakit.” Untuk hama kami mencoba mengatasinya dengan pestisida nabati. Namun untuk penyakit ia masih merasa cukup sulit. Biasanya bakteri busuk akar menyerang di usia tanaman tiga minggu”, ungkapnya.
Di sela-sela rapat persiapan kegiatan pra penas di Kantor Bupati Maros Sulawesi Selatan, Kepala Badan Penyuluhan Pembangunan Sumberdaya Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi berkesempatan mengunjungi lokasi usaha sayuran organik yang dikelola oleh Yeni(17/06).
“Saya salut dengan mba yeni yang sudah membangun pertanian organic dengan pendekatan hidroponik dan tidak menggunakan pestisida kimia. Dengan pestisida nabati Ini sangat baik karena aman untuk dikonsumsi, untuk mengkonsumsinya cukup dibersihkan bisa langsung dikonsumsi”, ungkap Dedi.
Lebih lanjut Dedi berpesan kepada para petani milenial untuk selalu semangat, “Seperti halnya mba yeni yang telah semangat membangun pertanian organik dari modal kecil hingga seperti saat sekarang ini, meskipun tadi ia menyebutkan ada permasalahan hama dan penyakit yang dihadapi, tapi berusaha menyelesaikannya dengan komunikasi dan komunitas yang memiliki. Saya meminta kepada teman-teman disini seperti dari Polbangtan Gowa, BBPP Batangkaluku maupun Balitserealia yang ada di Maros untuk membantu jika terdapat permasalahan yang dialami oleh para petani milenial di lapangan jangan dibiarkan mereka berjuang sendiri”, pesan Dedi.
Menanggapi hal tersebut Direktur Polbangtan Gowa Syaifuddin yang juga ikut mendampingi kunjungan tersebut mengatakan siap membantu jika terdapat permasalahan teknis yang seperti dialami Yeni.
“Kami di polbangtan terdapat banyak Dosen yang ahli dalam bidang hama maupun penyakit tanaman, nanti bisa dikonsultasikan, minimal konsultasi via telepon dan bila perlu kami datangkan Dosen ke lapangan” jawab Syaifuddin.